top of page
Search
  • Writer's pictureBella Liong

Memahami, Menerima, Menyelesaikan Setiap Masalah Yang Ada

Sejalan dengan masuknya anak ke sekolah basic, jadi kekuatan kognitifnya ikut alami perubahan yang sangat cepat. Sebab dengan masuk sekolah, bermakna dunia serta minat anak semakin bertambah luas, serta dengan meluasnya minat jadi semakin bertambah juga artian mengenai manusia serta objek-objek yang awal mulanya kurang bermakna untuk anak. Dalam situasi normal, pikiran anak umur sekolah berkembang dengan cara makin lama makin. Bila pada kala awal mulanya daya fikir anak masihlah punya sifat imajinatif serta egosentris, jadi pada umur sekolah basic ini daya fikir anak berkembang mengarah memikir konkrit, masuk akal dn rasional. Daya ingatnya jadi benar-benar kuat, hingga anak betul-betul ada dalam sebuah tingkat belajar.


1. Memahami Situasi Yang Terjadi


Menurut teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak umur sekolah basic dimaksud pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought). Menurut piaget, operasi yaitu hubungan-hubungan objektif diantara konsep-konsep atau skema-skema. Sedang operasi konkrit yaitu kegiatan mental yang diprioritaskan pada objek-objek serta peristiwa-peristiwa fakta atau konkrit bisa diukur. Pada kala ini anak udah meningkatkan pikiran objektif. Dia mulai sanggup mendalami operasi dalam beberapa rancangan, seperti 5x6=30 ; 30:6=5(johnson & medinnus, 1974). Dalam usaha mendalami alam seputarnya, mereka tak lagi terlau memercayakan kabar yang bersumber dari panca indra, sebab iya mulai miliki kekuatan buat memperbedakan apakah yang tanpak oleh mata dengan fakta yang kenyataannya, serta pada yang punya sifat sesaat dengan yang punya sifat ada. Contohnya, mereka akan tahu jika air dalam gelas besar pendek dipindahkan ke dalam gelas yang kecil tinggi, jumlah akan tetaplah sama sebab tidak satu tetespun yang tumpah. Soal ini yaitu sebab mereka tak lagi memercayakan persepsi penglihatannya, namun udah sanggup gunakan asumsinya. Mereka bisa mengukur, menimbang, serta mengkalkulasi jumlah, hingga ketaksamaan yang fakta tidak “membodohkan” mereka.


Menurut piaget, anak-anak pada kala konkrit operasional ini sudah sanggup mengerti konservasi, ialah kekuatan anak buat terjalin dengan beberapa segi yang berlainan dengan cara serempak(johnson & medinnus, 1974). Soal ini yaitu sebab pada kala ini anak sudah menge,bangkan tiga jenis proses yang dimaksud dengan operasi-operasi, yakni : negasi, resiprokasi, serta jatidiri. Negasi(negation). Pada kala pra-operasional anak cuma lihat situasi permulaan serta akhir dari jejeran benda, yakni pada awalnya keadaannya sama serta selanjutnya keadaannya jadi berbeda. Anak tidak lihat apakah yang berlangsung antara lain. Namun, pada kala konkrit operasional,anak mendalami proses apakah yang berlangsung di antara aktivitas itu serta mendalami hubungan-hubungan pada kedua-duanya. Pada jejeran benda-banda, anak bisa—melalui aktivitas mentalnya—mengembalikan atau meniadakan pergantian yang berlangsung hingga dapat menjawab jika jumlahnya beberapa benda yaitu konsisten sama.


2. Menerima Pendapat Orang Lain Dan Kesalah Diri Sendiri

Jalinan timbal balik(resiprokasi). Disaat anak lihat bagaimana jejeran dari benda-banda betambah panjang namun tidak rapat kembali dibanding dengan jejeran beda. Sebab anak sadari jalinan timbal-balik pada panjang serta kurang rapat atau demikian sebaliknya kurang panjang namun lebih rapat, jadi anak tahu juga jika jumlahnya beberapa benda yang terdapat di ke dua jejeran itu sama. Jatidiri Anak pada kala konkrit operasional bisa mengetahui satu-satu beberapa benda yang terdapat di deretan-deretan itu. Anak dapat mengkalkulasi, hingga walaupun beberapa benda dipindahkan, anak bisa sadari jika jumlah akan tetaplah sama (gunarsa, 1990).

Selesai sanggup mengkonservasi angka, jadi anak dapat mengkonservasikan dimensi-dimensi beda, seperti isi serta panjang. Kekuatan anak kerjakan operasi-operasi mental serta kognitif ini memungkinkannya membuat jalinan yang lebih luas dengan dunianya. Operasi yang berlangsung dalam diri anak sangat mungkin juga buat sadari suatu tindakan tiada lihat tindakan itu ditunjukan. Jadi, anak sudah mempunyai susunan kognitif yang memungkinkannya bisa memikir buat kerjakan satu aksi, tiada dia sendiri dia lakukan tindakan dengan cara fakta. Tetapi, apakah yang dipikirkan oleh anak masihlah hanya terbatas pada beberapa hal yang ada hubungan dengan suatu yang konkrit, satu kenyataan dengan cara fisik, benda-banda yang betul-betul fakta. Demikian sebaliknya, beberapa benda atau peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungan dengan cara jelas serta konkrit dengan kenyataan, masihlah susah dipikirkan oleh anak.


3. Menyelesaikan Setiap Masalah Dengan Kepala Dingin

Waktu remaja yaitu satu periode kehidupan di mana kemampuan buat mendapat serta gunakan pengetahuan dengan cara efektif mancapai puncaknya (Mussen, Conger serta Kagan, 1969). Soal ini yaitu sebab sepanjang periode remaja ini, poses perkembangan otak sampai kesempurnaan. Mode saraf yang berperan mengerjakan kabar mengembangnya secara cepat. Selain itu, pada kala remaja ini pun tidak berlangsung reorganisasi lingkaran saraf Prontal lobe (belahan otak sisi depan hingga sampai pada belahan atau sela kunci). Prontal lobe ini berperan dalam pekerjaan kognitif tingkat tinggi, seperti kekuatan merangkum rencana strategis atau kekuatan menetapkan (carol serta david R, 1995).

Perubahan prontal lobe itu benar-benar mempunyai pengaruh pada kekuatan kognitif remaja, hingga mereka meningkatkan kekuatan penealaran yang memberikannya satu tingkat pertimbangan akhlak serta kesadaran sosial yang baru. Selain itu, jadi anak muda yang sudah mempunyai kemapuan mendalami pemikirannya sendiri serta pemikiran orang-orang, remaja mulai membanyangkan apakah yang dipikirkan oleh orang mengenai dirinya sendiri. Disaat kekuatan kognitif mereka sampai kematangan, kebanyakkan alak remaja mulai pikirkan mengenai apakah yang dikehendaki serta kerjakan masukan pada orang mereka, orang-tua mereka, serta bahkan juga pada kekurangan diri mereka sendiri (Myers, 1996).


Lantas, dengan kapabilitas baru dalam penalaran yang dimilikinya, jadikan remaja sanggup membuat pertimbangan serta kerjakan pembicaraan kurang lebih topik-topik abstrak mengenai manusia, kebaikan serta kejahatan, kebenaran serta keadilan. Bila pada kala awal anak-anak – disaat mereka baru mempunyai kekuatan berpikir simbolik – tuhan diasumsikan jadi person yang ada di awan, jadi pada kala remaja mereka mungkin berupaya mencari satu rancangan yang lebih mendalam mengenai tuhan serta eksistensi (Myers, 1996).

2 views0 comments
bottom of page